Jumat, 14 September 2018

Sang Penolong


S h  o l a t ! S a b a r _
Sungguh sebuah kegiatan dan sifat yang semua orang muslim berhak melakukan dan memiliki tanpa membayar sepeserpun. Mudah bukan?..
Iya, memang sungguh mudah sekali dalam  pengucapan dan melakukannya. Bahkan tanpa memandang status sosial para pelakunya. Namun, sangat sulit sekali bagi seorang pelaku untuk menuju maqam dengan level tertingginya. Bisa kita sebut "K H U S Y U".
Allah berfirman :
وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ
الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُوا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”.
(Al-Baqarah [2] : 45-46)
Sungguh sulit jika kita ingin menggapai kekhuyukan itu. Sesekali kita lalai dalam sholat kita, bahkan kita lupa bahwa kita sedang sholat. Sampai terkadang lupa rokaat dalam sholat. Secara tidak sengaja kita belum menghadirkan Allah swt dalam sholat kita.

Ketika kita dipertemukan dengan benerapa problema dalam kehidupan yang bisa kita sebut "hidup ini sungguh lucu " ini kita seharusnya sangat bersyukur. Karena kita percaya bahwa Allah swt selalu memberikan cobaan kepada kita tidak lain adalah untuk meningkatkan derajat kita.

Lantas bagaimana aplikasi bersyukur saat menghadapi problema kehidupan ini?
yakni dengan cara menghadirkan sikap sabar atas segalanya. Dan sikap percaya bahwa Allah swt tidak akan memberikan ujian diluar kemampuan hambanya.

Kita bisa berfikir positif (husnudhon) atas segala apa yang Allah swt taqdirkan dalam perjalanan hidup kita tanpa menghakimi siapapun. Introspeksi diri itu penting! Muhasabah diri itu penting! Tanpa bermuhasabah kita akan sulit menghargai dari setiap kesalahan yg pernah kita perbuat.

Sungguh besar kapal kapal yang berlabuh, namun kita punya lautan yang begitu luas untuk tetap mengarungi samudera kehidupan ini. Jadikan sholat dan sabar sebagai penolong dikala imam kita sedang futhur. InsyaAllah dengan demikian kau mampu melalui tahapan dalam seleksi kenaikan derajat yang Allah kehendaki.  [MAY]






.




Senin, 10 September 2018

Diskusi di Penghujung Senja


Senja di perbatasan. Ramai hiruk pikuk insan menghabiskan sore di penghujung senja kala itu. 3 bulan telah berlalu tanpa kurasa duka sedikitpun. Canda tawa dalam hembusan angin yang mencoba memekik tanpa sedikit toleransi. Di ujung sana ombak bergelombang begitu dahsyat tanpa menghiraukan kegembiraan para insan yang mencoba menikmati setiap desirannya. "Hei.." ku gandeng tangannya tanpa ku berfikir panjang. Ku ajak sang pemilik hati ke tepi candi duduk sambil menikmati jajanan yang dijual di seberang jalan.

"Boleh minta baksonya?" Kataku.
"Enak aja, hahaha sini ku kasih bakso tapi kau harus bahagia" guraunya.
"Bahagiaku itu seperti ombak di sana" sambil ku menunjuk ke tepi pantai di seberang.....
"Kok ya bisa bisanya kamu berani berucap seperti itu?"
"Lho! Kenapa?? Apakah ada yang salah dalam perumpamaan?" Bukannya perumpamaan itu hanya sebatas perumpamaan saja. Seenak udelnya yang buat dong."  (Celetuk judesku)

Rasa itu tergantung yang merasakannya. Kadang pas waktu lidahnya sakit yang enak jadi Ndak enak, begitupun ketika rasa itu Ndak enak, maka ketika lapar, rasa yang endak enak itu akan terasa enak. Begitupun dengan rasa yang kita miliki. Biarlah rasa ini tumbuh berkah. Pasang surut memang masanya.[MAY]😜



  



                                                       Note:(3 month wedding)

Kamis, 08 November 2012

Pemanfaatan Kotoran Hewan Sebagai Energi Alternatif

Pendahuluan
Kelangkaan bahan bakar minyak, yang salah satunya disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang signifikan, telah mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat mengatasi masalah energi secara bersama-sama (Kompas, 2008). Makin tingginya harga bahan bakar, terutama gas dan bahan bakar minyak untuk kebutuhan rumah tangga makin  meresahkan masyarakat. Selain mahal, bahan bakar tersebut juga  makin langka di pasaran. Usaha untuk mengatasi hal-hal yang demikian ini mendorong pemikiran akan  perlunya pencarian sumber-sumber energi alternatif agar kebutuhan bahan bakar dapat dipenuhi tanpa merusak lingkungan.
Indonesia sebagai negara agraris yang beriklim tropis memiliki sumber daya pertanian dan peternakan yang cukup besar. Sumber daya tersebut, selain digunakan untuk kebutuhan pangan juga dapat berpotensi sebagai sumber energi dengan cara pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas.
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi naiknya harga pupuk dan kelangkaan bahan bakar minyak. Apalagi pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber bahan bakar dalam bentuk biogas. Teknologi dan produk tersebut merupakan hal baru bagi masyaraka,t petani dan peternak kita. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber energi, tidak mengurangi jumlah pupuk organik yang bersumber dari kotoran ternak. Hal ini karena pada pembuatan biogas kotoran ternak yang sudah diproses dikembalikan ke kondisi semula yang diambil hanya gas metana (CH4) yang digunakan sebagai bahan bakar. Kotoran ternak yang sudah diproses pada pembuatan biogas dipindahkan ke tempat lebih kering, dan bila sudah kering dapat disimpan dalam karung untuk penggunaan selanjutnya.
Terkait dengan hal tersebut, Pemerintah Desa Jatisarono sedang melakukan studi kelayakan dengan  menunjuk seorang peternak yang mempunyai ternak sapi sejumlah sekitar 20 ekor sapi agar memanfaatkan limbah kotoran sapinya untuk dapat menghasilkan biogas sebagai sumber energi alternatif. Untuk itu, perlu diketahui jumlah energi yang dihasilkan dari biogas yang dihasilkan dari kotoran sapi tersebut. Dengan diketahuinya jumlah energi yang dihasilkan, maka akan diketahui berapa jumlah keluarga yang dapat memanfaatkan biogas yang dihasilkan dari kotoran sapi.
Selain itu, dari aspek sosio-kultural penerapan teknologi baru kepada masyarakat merupakan suatu tantangan tersendiri akibat rendahnya latar belakang pendidikan, pengetahuan dan wawasan yang mereka miliki. Begitu juga dengan penerapan teknologi biogas. Tidak pernah terbayangkan bahwa kotoran sapi dapat menghasilkan api. Selain itu juga perasaan jijik terhadap makanan yang dimasak menggunakan makanan yang dimasak menggunakan biogas. Untuk itu, program pengabdian ini dilakukan untuk mengetahui besar konversi energi yang dihasilkan dari biogas hasil kotoran sapi tersebut dan bagaimana mensosialisasikan produk biogas tersebut kepada masyarakat sehingga dapat dijadikan sebagai rintisan wirausaha baru. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah
  1. Memberi masukan kepada masyarakat tentang pemanfaatan residu biogas dari kotoran ternak bagi kepentingan masyarakat petani dan peternak
  2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang aspek sosio-kultural penerapan teknologi biogas dalam rangka perintisan wirausaha baru
  3. Mengkaji prospek penerapan teknologi biogas di desa Jatisarono, kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo terkait dengan aspek community development untuk jangka yang lebih panjang
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari kegiatan ini antara lain :
  1. Hasil dari kegiatan yang akan dilakukan diharapkan dapat menjadi rintisan kegiatan sistem pengelolaan limbah ternak yang berdaya guna.
  2. Biogas yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai sumber belajar (real teaching) bagi dunia pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan berbasis riset.
  3. Program yang dijalankan dapat dijadikan sebagai media penghubung antar keluarga dalam pengelolaan dan penyaluran biogas yang dihasilkan sehingga dapat terbentuk atmosfir sosio kultural yang harmonis dan berkesinambungan.
  4. Memotivasi masyarakat desa untuk merintis wirausaha baru di bidang pembuatan biogas
  5. Membuka peluang kerja bagi masyarakat petani dan peternak sapi sehingga memperkecil arus urbanisasi.
  6. Meningkatkan pendapatan masyarakat petani dan peternak sapi di daerah tersebut sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Kotoran Ternak
Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik sangat mendukung usaha pertanian tanaman sayuran. Dari sekian banyak kotoran ternak yang terdapat di daerah sentra produksi ternak banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian di antaranya terbuang begitu saja, sehingga sering merusak lingkungan yang akibatnya akan menghasilkan bau yang tidak sedap.

Tabel. 1 Kandungan unsur hara pada pupuk kandang yang berasal dari
beberapa ternak
Jenis ternak
Unsur hara (kg/ton)
N
P
K
Sapi perah
22,0
2,6
13,7
Sapi potong
26,2
4,5
13,0
Domba
50,6
6,7
39,7
Unggas
65,8
13,7
12,8
Sumber: http://www.disnak.jabarprov.go.id/data/arsip/
Satu ekor sapi dewasa dapat menghasilkan 23,59 kg kotoran tiap harinya. Pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak dapat menghasilkan beberapa unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman, seperti terlihat pada Tabel 1. Disamping menghasilkan unsur hara makro, pupuk kandang juga menghasilkan sejumlah unsur hara mikro, seperti Fe, Zn, Bo, Mn, Cu, dan Mo. Jadi dapat dikatakan bahwa, pupuk kandang ini dapat dianggap sebagai pupuk alternatif untuk mempertahankan produksi tanaman.
Biogas sebagai Sumber Energi Alternatif
Biogas adalah gas mudah terbakar   (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). (http://www.majarikanayakan.com/). Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair) homogen seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Di samping itu juga sangat mungkin menyatukan saluran pembuangan di kamar mandi atau WC ke dalam system biogas. Di daerah yang banyak industri pemrosesan makanan antara lain tahu, tempe, ikan pindang atau brem bisa menyatukan saluran limbahnya ke dalam sistem biogas, sehingga limbah industri tersebut tidak mencemari lingkungan di sekitarnya. Hal ini memungkinkan karena limbah industri tersebut di atas berasal dari bahan organik yang homogen. Jenis bahan organik yang diproses sangat mempengaruhi produktivitas sistem biogas di samping parameter-parameter lain seperti temperatur digester, pH, tekanan, dan kelembaban udara.
Salah satu cara menentukan bahan organik yang sesuai untuk menjadi bahan masukan sistem biogas adalah dengan mengetahui perbandingan karbon (C) dan nitrogen (N) atau disebut rasio C/N. Beberapa percobaan yang telah dilakukan oleh ISAT menunjukkan bahwa aktivitas metabolisme dari bakteri methanogenik akan optimal pada nilai rasio C/N sekitar 8-20 (http://www.petra.ac.id/science/applied _technology/biogas98/biogas.htm).
Bahan organik dimasukkan ke dalam ruangan tertutup kedap udara (disebut Digester) sehingga bakteri anaerob akan   membusukkan  bahan  organik  tersebut yang   kemudian menghasilkan   gas (disebut biogas). Biogas yang telah  terkumpul di dalam digester selanjutnya dialirkan  melalui pipa   penyalur gas menuju tabung penyimpan gas atau langsung ke lokasi penggunaannya. Biogas  dapat  dipergunakan  dengan  cara  yang    sama  seperti  gas-gas mudah terbakar lainnya. Pembakaran biogas dilakukan melalui proses pencampuran dengan sebagian oksigen (O2). Nilai kalori dari 1 meter kubik biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu biogas   sangat cocok  digunakan  sebagai  bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti  minyak  tanah, LPG, butana, batubara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil.
Namun demikian, untuk  mendapatkan  hasil  pembakaran  yang  optimal, perlu  dilakukan  pra  kondisi sebelum biogas dibakar yaitu melalui proses pemurnian/penyaringan karena biogas   mengandung   beberapa  gas lain yang tidak  menguntungkan. Sebagai  salah   satu contoh, kandungan gas hidrogen sulfida yang tinggi yang terdapat  dalam biogas  jika dicampur  dengan oksigen dengan perbandingan 1:20, maka  akan menghasilkan gas yang sangat mudah meledak. Tetapi sejauh ini belum pernah dilaporkan terjadinya ledakan pada sistem biogas sederhana. Di samping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman/budidaya pertanian.
Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya (slurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan, unsur-unsur tertentu seperti protein, selulose, lignin dan lain-lain tidak dapat digantikan oleh pupuk kimia. Pupuk organik dari biogas telah dicobakan pada tanaman jagung, bawang merah dan padi.
Komposisi gas yang terdapat di dalam Biogas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Komposisi gas yang terdapat dalam biogas
Jenis Gas
Volume (%)
Metana (CH4) 40 – 70
Karbondioksida (CO2) 30 – 60
Hidrogen (H2) 0 – 1
Hidrogen Sulfida (H2S) 0 – 3
Sumber: . (http://www.energi.lipi.go.id)

Pelestarian Alam dengan Biogas.
Biogas memberikan solusi terhadap masalah penyediaan energi dengan murah dan tidak mencemari lingkungan. Berdasarkan hasil temuan mahasiswa KKN (1995) dan Penelitian Kecamatan Rawan di Magetan (1995) di desa Plangkrongan, rata-rata di setiap rumah terdapat 1-3 ekor sapi karena memelihara sapi merupakan pekerjaan kedua setelah bertani. Setiap harinya rata-rata seekor sapi menghasilkan kotoran sebanyak 30 kg. Jika terdapat 2.000 ekor lembu, maka setiap hari akan terkumpul 60 ton kotoran (http://www.kompascetak.com/kompas-cetak/0712/15/jogja/1045892.htm)
Kotoran yang menggunung akan terbawa oleh air masuk ke dalam tanah atau sungai yang kemudian mencemari air tanah dan air sungai. Kotoran lembu mengandung racun dan bakteri colly yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungannya.
Pembakaran bahan bakar fosil  menghasilkan  karbon dioksida (CO2) yang ikut  memberikan kontribusi bagi efek rumah kaca (green house effect) yang  bermuara pada   pemanasan global (global warming). Biogas memberikan perlawanan  terhadap efek  rumah  kaca melalui 3 cara. Pertama, Biogas memberikan substitusi atau pengganti dari bahan bakar fosil untuk penerangan, kelistrikan, memasak dan pemanasan. Kedua, metana (CH4) yang dihasilkan secara alami oleh kotoran yang menumpuk merupakan gas penyumbang terbesar pada efek rumah kaca, bahkan lebih besar dibandingkan CO2. Pembakaran metana pada Biogas mengubahnya menjadi CO2 sehingga mengurangi jumlah metana di udara. Ketiga, dengan lestarinya hutan, maka akan CO2 yang ada di udara akan diserap oleh hutan yang menghasilkan Oksigen yang melawan efek rumah kaca. (http://www.majarikanayakan.com/)
Rekayasa dan Pengujian Reaktor Biogas Skala Kelompok Tani Ternak.
Spesifikasi Teknis
Teknologi biogas telah berkembang sejak lama namun aplikasi penggunaannya sebagai sumber energi alternatif belum berkembang secara luas. Beberapa kendala antara lain karena kurangnya “technical expertise”, tidak berfungsinya reaktor biogas akibat kebocoran atau kesalahan konstruksi, desain reaktor yang tidak “user friendly”, penanganan masih manual, dan biaya konstruksi yang cukup mahal (http://www.energi.lipi.go.id). Untuk reaktor biogas skala kelompok tani ternak  reaktor di desain dengan kapasitas 18 m3 untuk menampung kotoran sapi sebanyak 10-12 ekor. Berdasarkan perhitungan desain, reaktor mampu menghasilkan biogas sebanyak 6m3/hari. Produksi gas metana dipengaruhi oleh C/N rasio input (kotoran ternak), residence time, pH, suhu dan toksisitas. Suhu digester berkisar 25-27 oC dan pH 7-7,8 menghasilkan biogas dengan kandungan metana (CH4) sekitar 77%.
Untuk membuat reaktor biogas skala rumah tangga diperlukan beberapa hal berikut:
  1. Volume reaktor (plastik) : 4000 liter
  2. Volume penampung gas (plastik) : 2500 liter
  3. Kompor biogas : 1 buah
  4. Drum pengaduk bahan : 1 buah
  5. Pengaman gas : 1 buah
  6. Selang saluran gas : ± 10 m
  7. Kebutuhan bahan baku : kotoran ternak dari 2-3 ekor sapi/kerbau
  8. Biogas yang dihasilkan : 4 m3 perhari (setara dengan 2,5 liter minyak tanah).
Adapun cara pengoperasian reaktor biogas skala rumah tangga:
  1. Buat campuran kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1:1 (bahan biogas).
  2. Masukkan bahan biogas ke dalam reaktor melalui tempat pengisian sebanyak 2000 liter, selanjutnya akan berlangsung proses produksi biogas ke dalam reaktor.
  3. Setelah kurang lebih 10 hari reaktor gas dan penampung biogas akan terlihat mengembung dan mengeras karena adanya biogas yang dihasilkan. Biogas sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar, kompor biogas dapat dioperasikan.
  4. Sekali-sekali reactor biogas digoyangkan supaya terjadi penguraian yang sempurna dan gas yang terbentuk di bagian bawah naik ke atas, lakukan juga pada setiap pengisian bahan bakar.
  5. Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu sebanyak ± 40 liter setiap pagi dan sore. Sisa pengolahan bahan biogas berupa sludge (lumpur) secara otomatis akan keluar dari reaktor setiap kali dilakukan pengisian bahan biogas. Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan langsung sebagai pupuk organik, baik dalam keadaan basah maupun kering.
Cara Pengoperasian Kompor Biogas
  1. Buka sedikit kran gas yang ada pada kompor.
  2. Nyalakan korek api dan sulut tepat di atas tungku kompor.
  3. Apabila menginginkan api yang lebih besar, kran gas dapat dibuka lebih besar lagi, demikian pula sebaliknya. Api dapat disetel sesuai dngan kebutuhan dan keinginan kita.
Pemeliharaan dan Perawatan Reaktor Biogas
  1. Hindarkan reaktor dari gangguan anak, tangan jahil ataupun dari ternak yang dapat merusak reaktor dengan cara memagar dan memberi atap supaya air tidak dapat masuk ke dalam galian reaktor.
  1. Isilah selalu pengaman gas dengan air sampai penuh. Jangan biarkan sampai kosong karena gas yang dihasilkan akan terbuang melalui pengaman gas.
Metode Pelaksanaan PPM
Sasaran penyuluhan dan pemberian pelatihan keterampilan ini  adalah para peternak sapi di desa Jatisarono, Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo. Hal ini dikarenakan hampir seluruh penduduk di desa Jatisarono bermatapencaharian sebagai peternak selain  matapencaharian mereka yang utama sebagai petani. Pemilihan sasaran kegiatan ini diambil dengan pertimbangan mereka dapat memberikan informasi tentang penerapan teknologi biogas yang mereka miliki kepada keluarga, tetangga maupun peternak sapi lain di sekitar desa Jatisarono.
Kegiatan penerapan IPTEK ini akan bekerja sama dengan masyarakat desa Jatisarono, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo sehingga mereka dapat menentukan waktu yang tepat untuk peaksanaan kegiatan ini. Selain itu, pada pelaksanaannya akan dikoordinasikan dengan dinas peternakan setempat bekerjasama dengan peternak sapi terkait dalam pembuatan sumur biogas.
Metode Kegiatan PPM
Metode kegiatan ini meliputi ceramah, diskusi-informasi,workshop, dan disseminasi terbatas. Secara lebih rinci metode yang digunakan dapat diuraikan sebagai berikut:
  1. Menjelaskan kepada peserta pelatihan mengenai berbagai macam cara mengelola limbah ternak sapi dan pembuatan biogas
  2. Diskusi-informasi membahas cara mengatasi kesulitan dalam memulai pembuatan biogas serta menjelaskan cara mengatasinya sehingga dapat dihasilkan biogas yang ramah lingkungan.
  3. Para peserta diberi kesempatan untuk mencoba merancang, dan membuat alat yang digunakan dalam pembuatan biogas.
  4. Hasil uji coba selanjutnya dipresentasikan untuk bahan diskusi dan selanjutnya siap didisseminasikan di lingkungan rumah tangga lainnya.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini diharapkan para petani dan peternak di desa Jatisarono, kecamatan Nanggulan kabupaten Kulon Progo dapat membentuk kelompok usaha pembuatan biogas. Hal ini dimaksudkan untuk perintisan wirausaha dan mereduksi masalah sosio-kultural yang ditimbulkan oleh limbah ternak sapi.
Langkah-langkah Kegiatan PPM
Seperti telah diuraikan pada bagian pendahuluan bahwa terdapat limbah kotoran ternak (sapi) yang cukup melimpah di desa Jatisarono, kecamatan Nanggulan kabupaten Kulon Progo. Melimpahnya jumlah limbah tersebut belum diiringi dengan sistem pengelolaan dan pemanfaatan yang baik. Pemerintah dalam hal ini dinas peternakan dan Pemda Kulon Progo telah memberikan tawaran bantuan jika peternak dan petani bersedia mengelolanya. Sebagai usaha penyediaan bahan bakar alternatif dan dalam rangka mengatasi dampak sosio-kultural dari limbah ternak (sapi) maka pembuatan biogas dengan bahan utama kotoran sapi adalah salah satu bentuk solusi yang sesuai dengan misi Pemda Kulon Progo.
Adapun secara sistematis kerangka pemecahan masalah yang akan dilakukan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:



Gambar 1. Diagram langkah kegiatan PPM
Hasil Pelaksanaan Kegiatan PPM dan Pembahasan
Sesuai dengan jadwal, metode dan rencana pelaksanaan program yang sudah ditentukan maka urutan kegiatan dan hasil yang diperoleh dalam kegiatan ini adalah:
  1. Penyampaian materi mengenai Biogas ditinjau dari sisi kimiawi, fisika dan ilmu sosial.
Beberapa pengetahuan yang disampaikan adalah:
-         Biogas dan apa yang terkandung di dalamnya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif.
-         Mekanisme reaksi yang terjadi di dalam pembuatan Biogas dalam rangka mengetahui bagaimana caranya agar Biogas dapat terbentuk.
-         Kotoran ternak dan unsur apa saja yang terkandung di dalamnya sebagai syarat pembuatan Biogas agar diketahui jenis kotoran ternak apa saja yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan.
-         Konversi banyaknya energi yang dihasilkan Biogas setiap liternya.
-         Mekanisme pembuatan, penggunaan dan perawatan instalasi Biogas.
-         Penanganan limbah hasil pengolahan Biogas ditinjau dari apek sosiokulturalnya
b.  Pengamatan di lapangan oleh peserta
Para peserta yang telah mendapatkan materi pengetahuan tentang Biogas dan aspek sosiokulturalnya selanjutnya mencoba melihat bagaimana mekanisme pembuatan instalasi Biogas di lapangan sesungguhnya. Kegiatan ini bertujuan untuk menjelaskan kepada peserta tentang materi yang sudah diterima dan membandingkannya dengan kondisi lapangan yang sesungguhnya. Kegiatan ini dilanjutkan dengan pengamatan, pengidentifikasian dan penyusunan data-data pendukung yang diperlukan peserta. Data-data ini yang akan dijadikan bahan peserta dalam kegiatan diskusi dengan Tim pengabdi guna memantapkan penguasaan materi yang telah diberikan.kondisi lapangan.
  1. Presentasi dan diskusi antar peserta mengenai pemanfaatan Biogas sebagai sumber bahan bakar alternatif dan aspek sosio kulturalnya.
Adapun sebagai akhir dari kegiatan yang dilakukan oleh peserta adalah presentasi dan diskusi mengenai materi pemanfaatan Biogas sebagai sumber bahan bakar alternatif dan aspek sosio kulturalnya. Setiap komponen materi yang telah diberikan didiskusikan dan dipresentasikan di depan Tim. Pada saat wakil kelompok peternak menyampaikan hasil pengamatannya maka peserta lain diberikan kesempatan untuk menanggapi hasil pengamatan yang telah dilakukan.
Pengabdian masyarakat mengenai pemanfaatan Biogas sebagai sumber bahan bakar alternatif bagi masyarakat petani dan peternak sapi di desa Jatisarono kabupaten Kulonprogo dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2008. Banyaknya peserta yang mengikuti kegiatan berjumlah 35 orang dari 40 orang yang diundang oleh tim pengabdi. Para peserta merupakan penduduk desa Jatisarono yang berprofesi sebagai petani dan atau peternak sapi.
Materi yang disampaikan terdiri dari 1) Kotoran ternak sapi untuk BBM alternatif yang ramah lingkungan, 2) Konversi energi kotoran ternak sapi, dan 3) Aspek sosiokultural dari Biogas. Tim pengabdi yang memberikan materi pelatihan terdiri dari 3 orang, yaitu: Ibu Sugi Rahayu, M.Pd. M.Si., Ibu Dyah Purwaningsih, M.Si., dan Bapak Pujianto, S.Pd. Adapun pemberian materi berbentuk ceramah dan dilanjutkan dengan pengamatan lapangan oleh peserta serta diakhiri dengan presentasi dan diskusi oleh para peserta pelatihan.
Pada waktu diskusi berlangsung terlihat bahwa penguasaan peserta mengenai pengelolaan kotoran ternak sebagai sumber energi alternatif masih relatif rendah. Melalui diskusi ini, tim pengabdi menyisipkan materi-materi yang harus dikuasai peserta sebagai bekal dalam mempersiapkan pembuatan instalasi Biogas. Tim pengabdi selain memberikan materi tentang bagaimana cara memanfaatkan kotoran ternak sebagai sumber energi Biogas, Tim juga menjelaskan kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa dikembangkan melalui pemanfaatan Biogas tersebut serta bagaimana cara mengelolanya sehingga meningkatkan pendapatan rumah tangga.
Para peserta semakin menyadari bahwa pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber bahan bakar merupakan alternatif yang dapat dilakukan jika terdapat kesulitan penyediaan bahan bakar. Biogas yang dihasilkan dapat dikembangkan secara lebih luas untuk menyediakan bahan bakar dalam lingkup beberapa KK (Kepala Keluarga).
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan terhadap proses kegiatan pengabdian masyarakat berupa pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber bahan bakar alternatif dan aspek sosiokulturalnya di lapangan diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Masyarakat petani dan atau peternak sapi di desa Jatisarono menjadi paham dan mengetahui pemanfaatan residu biogas dari kotoran ternak.
2. Aspek sosio-kultural penerapan teknologi biogas dalam rangka perintisan wirausaha baru telah dipahami masyarakat petani dan atau peternak sapi di desa Jatisarono.
3. Masyarakat mengetahui prospek apa saja yang dapat dikembangkan berkaitan dengan penerapan teknologi biogas di desa Jatisarono dalam rangka community development untuk jangka yang lebih panjang.
Saran
Untuk tindak lanjut dari kegiatan ini hendaknya dikembangkan lagi mengenai model pemasaran Biogas untuk keperluan rumah tangga dalam lingkup yang lebih luas. Hal ini dimaksudkan agar para petani dan atau peternak di sekitar desa Jatisarono menjadi terinspirasi untuk mengembangkan instalasi Biogas di lingkungan mereka.

Daftar Pustaka
http://www.disnak.jabarprov.go.id/data/arsip
http://www.majarikanayakan.com
http://www.petra.ac.id/science/applied _technology/biogas98/biogas.htm
http://www.energi.lipi.go.id
http://www.kompascetak.com/kompas-cetak/0712/15/jogja/1045892.htm

Artikel Tentang Lingkungan Hidup

november 09 12

Hmm..apa sih lingkungan hidup, lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekeliling kita di permukaan bumi ini sob, baik yang makhluk hidup ataupun benda mati...lingkungan terbagi dua ada lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Lingkungan biotik adalah lingkungan berupa makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan, sedangan abiotik berarti benda mati atau makhluk nggak hidupm, contohnya angin, cahaya, tanah dan lainnya. Buat teman-teman yang pengen cari artikel tentang lingkungan hidup, kali ini kita akan berbicara tentang Pengertian Lapisan Ozon, Bahan Perusak Ozon & Dampaknya Bagi Kesehatan.

Pengertian Lapisan Ozon, Bahan Perusak Ozon & Dampaknya Bagi Kesehatan

Apakah itu Ozon teman-teman? Ozon adalah gas yang secara alami terdapat di atmosfir, unsur kimia yang terkandung dalam partikel ozon adalah tiga buah oksigen (O3). Sedangkan keberadaan ozon sendiri di alam terdapat di dua wilayah atmosfer. Ozon di troposfer (sekitar 10 s/d 16 km dr permukaan bumi ) sayangnya kandungan pada lapisan ini hanya 10%. Sedangkan selebihnya berada di lapisan stratosfir (50km dr puncak troposfer) disini kandungan ozon mencapai 90%. Maka seringkali disebut lapisan ozon, karena memiliki kandungan 03 (ozon) yang paling banyak. Artikel Tentang Lingkungan Hidup Pertanyaannya kemudian bagaimana jika lapisan ozon menipis?, “ Menipisnya lapisan ozon menyebabkan meningkatnya radiasi ultraviolet matahari terutama UV-B yang mampu mencapai permukaan bumi”. Dari data dan pengamatan kondisi ozon di atmosfir kondisi dari bulan Oktober 1980 sampai dengan Oktober 1991 kondisi lubang pada lapisan ozon makin memprihatinkan dan makin membesar, hampir sebesar benua Australia. Kondisi terbaru memang sudah lebih baik menurut data per – 9 September 2011 minimum 164 DU terletak di lokasi 76 derajat selatan dan 108 derajat sebelah barat dengan luas sekitar 18.12 million km2 dan kehilangan partikel ozon sebesar 8.14 megatron. Dari foto satelit lubang ozon di kutub utara masih terlihat terjadi penipisan. penipisan itu berada di sekitar Rusia dan Skandinivia, selain yang juga terlihat di Australia.

Banyaknya Bahan Perusak Ozon (BPO) Disekeliling Kita

Bahan Perusak Ozon masuk ke Indonesia melalui impor, karena bahan ini diperlukan oleh industri baik untuk manufaktur AC/Refrigerasi dan Industri Busa, maupun untuk kegiatan servis produk (barang) yang menggunakan BPO. Umumnya penggunaan CFC dan HCFC sebagian untuk membantu daya semprot pada peralatan kosmetik (cth. hairspray), semprot nyamuk, peralatan pemeliharaan otomotif, pembersih rumah, cat semprot dan alat kesehatan. Selain itu CFC dan HCFC dipergunakan untuk membuat busa pelapis insulasi panas yang digunakan untuk menahan panas agar tidak masuk kedalam lemari pendingin dan mencegah dingin tidak keluar dari peralatan pendingin. Penggunaan CFC dan HCFC pada pembuatan busa sol sepatu, tempat tidur, jok kursi dan stereoform pada wadah makanan. SElain CFC dan HCFC, dikenal pula istilah halon, penggunaan halon untuk bahan pemadam kebakaran dan masih banyak seperti dibawah ini;
Penggunaan BPO CFC dan HCFC sebagai bahan pendingin padaAC, Penggunaan BPO CFC dan HCFC sebagai bahan pendingin untuk Refrigerasi.
Penggunaan CFC-11 sebagai bahan pengembang tembakau pada rokok rendah tar.
Penggunaan BPO : CFC, HCFC, CTC dan TCA untuk bahan pelarut digunakan sebagai bahan untuk membantu membersihkan peralatan. Fumigasi Hama : Metil Bromida dan Penggunaan BPO Methil Bromida untuk fumigasi hama
Permasalahan selain merusak lapisan ozon, BPO yang terlepas ke atmosfir memberikan kontribusi terhadap pemanasan global dengan adanya emisi CO2. Semakin banyaknya peralatan yang menggunakan BPO semakin besar tantangan untuk mencegah terjadinya emisi yang merusak lapisan ozon dan menyebabkan pemanasan global. Oleh sebab itu penangan barang-barang bekas yang memiliki BPO dalam sistemnya menjadi penting diperhatikan.

Upaya Pencegahan.

Di Indonesia halon yang bekas pakai dapat ditampung di Halon Bank yang terdapat di Garuda Maintenance Facilities. Pada fasilitas ini Halon dapat dikumpulkan dan dimurnikan sehingga dapat dipergunakan kembali untuk penggunaan kritis. Upaya Pengaturan: Internasional dan Nasional. Sebenarnya upaya sudah dilakukan oleh masyarakat Internasional misalnya dengan adanya Konvensi Wina (Vienna Convention – 1985) yang membahas lebih rinci mengenai perlindungan lapisan ozon. Pertemuan ini sudah sampai pada pertemuan yang ke 9 atau yang dikenal dengan COP-9. Sedangkan Protokol Montreal 1987 yang membahas langkah-langkah untuk membatasi produksi dan konsumsi bahan-bahan kimia perusak lapisan ozon. Sudah sering kali dilakukan, sampai tahun ini MOP sudah yang ke 23 kali pertemuannya dilakukan.
Pemerintah Indonesia sudah berupaya menjalankan tugas dan kewajibannya melaksanakan penghapusan BPO secara bertahap melalui pengurangan impor BPO secara bertahap, Alih teknologi untuk menghentikan penggunaan BPO. Mengelola BPO yang beredar di Indonesia. Mencegah terlepasnya emisi BPO terlepas ke atmosfir. Meningkatkan kesadaran dan peran serta seluruh pemangku kepentingan.
Sumber: http://www.menlh.go.id/pengertian-lapisan-ozon-bahan-perusak-ozon-dampak-bagi-kesehatan/